1.      Buatlah Algoritma mengambil uang di ATM

2.      Buat Algoritma membuat kopi, Menurut Anda

a.       Rasa Manis

b.      Rasa Pahit

3.      Buat Algoritma Untuk Menghitung Luas Segitiga

Jawab :

1.      Siapkan ATM bank – menuju ATM bank yang terdekat – masukan ATM ke mesin ATM – Pilih Indonesia atau English, Masukan PIN ATM – Pilih jumlah uang yang akan diambil. Layar akan langsung menampilkan nominal-nominal yang bisa langsung diambil atau masukan jumlah yang ingin diambil –  ambil uang di ATM–  ambil struk penarikan –  jika tidak ada lagi penarikan –  pilih Tidak penarikan

2.      A. Manis

Siapkan bubuk kopi, tuang kan bubuk kopi ke dalam gelas(tiga gelas sendok), terus tuangkan air setengah gelas, terus kasih gula pasir(sesuai yang di inginkan), terus aduk aduk kopinya

 

B. Pahit

Siapkan bubuk kopi hitam, tuang kan bubuk kopi ke dalam gelas(tiga gelas sendok), terus tuangkan air setengah gelas, terus aduk aduk kopinya

 

3.      1.Siapkan soal mengenai Segitiga,

2. Deklarasi variabel luas (L), alas (a) dan tinggi (t) segitiga,

3. Tentkan nilai alas (a) dan nilai tinggi (t) segitiga,

4. Proses hitung luas (L) segitiga,

5. hitung hasil luas (L) segitiga,

6. Selesai


 

MAKALAH

KAJIAN HADIS TENTANG KEUTAMAAN MENCARI RIZQI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih  lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

 Makmur

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada  Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan  dalam waktu yang telah ditentukan.

 

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian  kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya  menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran  yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.

 

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Kajian Hadis Tentang Keutamaan Mencari Rizqi) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

 

Cirebon, Juni 2021

 

 

 

             Penulis


DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang.................................................................................................. 2

2.      Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

3.      Tujuan................................................................................................................ 2

 

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Rezeki ............................................................................................ 3

2.2  Landasan Syariah............................................................................................. 3

a.       Hadits tentang orang memberi lebih baik dari orang yang menerima........ 4

b.      Hadits tentang menjual kayu bakar lebih baik dari pada meminta-minta... 5

2.3  Macam-macam Rezeki...................................................................................... 6

2.4  Batasan Rezeki................................................................................................. 7

2.5  Kehidupan Individualis Dikhwatirkan Melanda Umat Islam.......................... 8

2.6  Aplikasi Berlandaskan Al-Hadits..................................................................... 8

2.7  Studi Kasus...................................................................................................... 9

 

BAB III PENUTUP

3.1  KESIMPULAN............................................................................................... 12

3.2  SARAN............................................................................................................ 12

 

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13

           

 


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

 

            Salah satu pokok permasalahan yang paling mendasar dari permasalahan ekonomi adalah bukan karena kelangkaan sumber daya alam melainkan karena keserakahan umat manusia itu sendiri. Ia ingin mendapatkan rezeki yang sebanyak-banyaknya untuk kepentingan diri sendiri tanpa menghiraukan halal ataupun haram dari cara memperolehnya.

            Menurut teori ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas. Artinya adalah, manusia selagi mempunyai keinginan maka keinginan itu mendorong mereka untuk memilikinya. Sementara sumber daya yang tersedia untuk memenuhi keinginan mereka itu terbatas jumlahnya. Mazhab Baqir menolak pernyataan ini, sebab Islam tidak mengenal adanya sumber daya yang terbatas

 

B.     Rumusan Masalah

1.            Apa pengertian Rezeki ?

2.            Apa saja macam-macam Rezeki ?

3.            Apa batasan-batasan Rezeki ? Makmurt

4.            Bagaimana kewajiban mencari Rezeki ?

5.            Bagaimana pendapat Ulama tentang mencari Rezeki ?

 

C.    Tujuan

1.            Mengetahui pengertian Rezeki

2.            Mengetahui macam-macam Rezeki

3.            Mengetahui batasan-batasan Rezeki

4.            Mengetahui bagaimana kewajiban mencari rezeki

5.            Mengetahui bagaimana pendapat Ulama tentang mencari Rezeki

 

 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Rezeki

            Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kata rezeki memiliki dua arti yaitu, pertama rezeki adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan) berupa makanan (sehari-hari); nafkah. Kedua, yaitu kata kiasan dari penghidupan, pendapatan, (uang dan sebagainya yang digunakan memelihara kehidupan), keuntungan, kesempatan mendapatkan makanan dan sebagainya

            Adapun defenisi lain, kata rezeki berasal dari bahasa Arab. Secara etimologi, رزق berarti pemberian Adapun menurut istilah, Al-Jurjani menyebutkan ar-rizq berarti segala sesuatu yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada makhluk-Nya untuk mereka konsumsi, baik halal atau haram

 Mak

B.     Landasan Syariah

            Adapun dalam pandangan Islam, rezeki bukanlah senata-mata materi, harta, dan benda saja. Apalagi, yang hanya terbatas karena hasil usaha (kerja) manusia itu sendiri. Rezeki dalam Islam melingkupi semua apa yang ada dalam kehidupan manusia. Berupa waktu, kesehatan, kesempatan, kecerdasan, istri, anak, orang tua, tetangga, teman, lingkungan, hujan, tanaman, hewan piaraan dan masih banyak sekali yang lainnya. Sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala jelaskan di dalam Al-Qur’an yang artinya: “dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-An’am: 142) MAk

            Kemudian itulah mengapa Allah s.w.t. mengingatkan manusia bahwa nikmat (rezeki) Allah terhadap manusia sungguh tidak akan pernah bisa dihitung. Sebab, Allah s.w.t. telah menyediakan untuk umat manusia apa saja yang manusia perlukan pada segala situasi dan kondisi.

            Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS: Ibrahim: 34). Allah s.w.t. memang memberikan rezeki kepada semua makhluk-Nya, tetapi tidak semua mendapatkan rezeki yang mulia dari-Nya. Lantas, siapa sajakah mereka itu? Allah s.w.t. menegaskan dalam Al-Qur’an: “Maka orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.” (QS. Al-Hajj: 50) .

            Terhadap ayat tersebut, Ibn Katsir mengutip pernyataan Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi. “Apabila engkau mendengar firman Allah Ta’ala (wa rizqun karim) ‘Dan rezeki yang mulia,’ maka rezeki yang mulia itu adalah surga.”

            Dengan demikian, maka sebaik-baik rezeki adalah surga. Jadi, dalam kehidupan dunia ini kita harus mengutamakan dua perkara penting, yakni iman dan amal sholeh. Karena hanya keduanyalah yang dapat mengantarkan setiap jiwa mendapatkan rezeki yang mulia.

            Sangat tidak patut bahkan sangat tercela bila ada seorang Muslim merasa terhina hanya karena kurang harta. Apalagi kalau sampai berani mengambil keputusan tidak benar dalam hidupnya karena alasan kemiskinan. Sebab, rezeki yang paling mulia adalah surga, bukan harta atau benda. Itulah sebabnya mengapa, para Nabi dan Rasul tidak pernah berbangga dengan rezeki yang didapatkan berupa harta dan benda yang dimiliknya. Bahkan para Nabi dan Rasul itu lebih memilih hidup susah demi rezeki yang mulia di sisi-Nya. Namun demikian, Islam tidak mengharamkan umatnya kaya raya. Karena kekayaan yang disertai iman juga bisa mengantarkan seseorang pada derajat yang mulia di sisi-Nya (copy)

A. Hadits tentang orang memberi lebih baik dari orang yang menerima

حدثنا اَبُوالنُعْمَانِ قَالَ حَدَّثَنَأ حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ اَيُّوْبَ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ التَّبِيَّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عن عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يقول : قال َّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ وَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ وِ الْمَسْأَلَةِ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى فَالْيَدُ الْعُلْيَاهي الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَىهي السَّائِلَةُ {البخارى في كتاب الزكاة}[3]

Bercerita kepada kita Abu Nu’man berkata telah bercerita pada kita Khammad bin Zaid dari Ayyub dari Nafi’ bin Umar r.a dia berkata: saya telah mendengar Nabi Saw bercerita kepada kita Abdullah bin Maslamah dari Malik bin Nafi’. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a : di atas mimbar Rasulullah SAW berbicara tentang sedekah, menghindari dari meminta pertolongan (keuangan) kepada orang lain, dan mengemis kepada orang lain, dengan berkata “tangan atas lebih baik dari tangan di bawah. Tangan di atas adalah tangan yang memberi, tangan di bawah adalah tangan yang mengemis”.

B. Hadits tentang menjual kayu bakar lebih baik dari pada meminta-minta

حدثنا يحي بن بكير حدثنا الليث عن عقيل عن ابن شهابٍ عن أبي عبيد مولى عبد الرحمن بن عوف أنه سمع ابا هريرة رضي الله عنه يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لان يحتطب احدكم حزمة على ظهره خير له من ان يسال احد فيعطيه او يمنعه {اخرجه البخارى في كتاب المساقة}[5]

Bercerita kepada kita Yahya bin Bakir bercerita kepada kita Laits dari Uqail dari Ibnu Syihab dari Abi Ubaid Maula Abdurrahman bin Auf sesungguhnya telah mendengar dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah bersabda “Mencari kayu bakar seberkas lalu dipikul di atas punggungnya terus dijual itu lebih baik bagi seseorang dari pada mengemis kepada orang lain yang kadang-kadang diberinya atau tidak”.

Makna hadits tersebut adalah bahwasanya Rasulullah SAW menganjurkan untuk kerja dan berusaha serta makan dari hasil keringatnya sendiri, bekerja dan berusaha dalam Islam adalah wajib, maka setiap muslim dituntut bekerja dan berusaha dalam memakmurkan hidup ini. Selain itu jika mengandung anjuran untuk memelihara kehormatan diri dan menghindarkan diri dari perbuatan meminta-minta karena Islam sebagai agama yang mulia telah memerintahkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang hina.

Dalam menari rizki harus mengenal ketekunan dan keuletan. Rasulullah memerintah mereka bekerja dengan kemampuan kerja dan memberinya dorongan agar tidak merasa lemah dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Dalam al-Qur’an menyatakan bahwa pertolongan Allah hanya datang kepada mereka yang berusaha dengan komitmen dan kesungguhan. Dalam surat al-Isra’ ayat 84 menyatakan bahwa seseorang harus bekerja(Copy) sesuai dengan bakat dan kemampuan :

Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing." Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (al-Isra’ : 84)

C.    Macam-macam Rezeki

            Menurut Syaikh Abdur Razzaq bin Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr, rezeki Allah s.w.t. bagi hamba-Nya ada dua macam:

1. Rezeki yang umum yang mencakup orang yang baik dan jelek, yang mukmin dan kafir, yang pertama dan yang terakhir, yaitu rezeki badan. Allah s.w.t. berfirman yang artinya: “dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[8], semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6).

Jika Allah memberi rezeki dan anak keturunan kepada orang kafir dan melapangkannya bukan berarti Allah ridha’ terhadapnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar

2.  Rezeki yang khusus, yaitu rezeki hati dan siramannya berupa ilmu, iman, dan rezeki halal yang dapat memperbaiki agama seorang hamba. Dan ini khusus bagi orang-orang yang beriman sesuai dengan tingkatan mereka darinya, sesuai dengan ketentuan hikmah dan rahmat-Nya. Dan Allah menyempurnakan kemuliaan-Nya bagi mereka dan menganugerahkan kepada mereka surga yang penuh dengan kenikmatan pada hari kiamat[10]. Sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam al-Qur’an yang artinya: “(dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath-Thalaq: 11)

 

 

D.    Batasan Rezeki

            Batasan rezeki dalam kehidupan manusia harus diperluas agar setiap saat kita tetap bersyukur kepada Allah s.w.t. atas nikmat yang telah Allah s.w.t. berikan tidak hanya sebatas harta kekayaan semata melaikan semua aspek yang berkitan dengan kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

            Konteks rezeki bisa bermacam-macam wujudnya, contohnya; penciptaan kita sebagai manusia makhluk yang mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya, penciptaan langit dan bumi dari sanalah Allah menghampar rezeki-rezekinya untuk manusia yang mau terus berusaha, berfungsinya akal yang kita miliki dengan baik dan normal, keimanan dan keislaman adalah rezeki, sehat, hujan, kemarau, kehidupan, ilmu yang bermanfaat, saudara seiman merupakan sebagian kecil rezeki yang Allah berikan.

            Jika konteks rezeki demikian luas, mengapa kita mempersempit makna rezeki itu sendiri hanya dalam batas kekayaan semata? Kita sebagai manusia kadang sangat lupa karunia yang Allah berikan kepada kita sebagai manusia, bila saja kita diciptakan sebagai hewan apakah kita akan menikmati rezeki yang Allah berikan layaknya kita sebagai manusia? Manusia adalah makhluk yang terkadang melupkan rasa syukur terhadap rezeki yang Allah berikan. Selayaknya sebagai manusia yang memiliki iman kita tetap berusahan memperoleh rezeki yang telah Allah janjikan kepada hamba-hamba-Nya dan terus berusaha di jalan Allah dengan cara halal dan baik(Copy)

E.   Kehidupan Individualis Dikhwatirkan Melanda Umat Islam

Manusia merupakan makhluq sosial yang saling membutuhkan, tolong menolong dan tidak bisa hidup sendiri. Dalam pandangan islam seseorang tidaklah sempurna imannya sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan saudara bukanlah sanak familinya, akan tetapi kaum muslimin.

Dalam kitab shahih muslim no 4867 Rasulullah menjelaskan tentang sifat buruk individualisme:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَ نَفَّسَ اللهُ عَنْ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيْهِ.

Artinya :

 “Dari Abu Hurairoh berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, ‘’barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan di dunia, niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barang siapa memberi kelonggaran kepada orang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barang siapa menutupi aib seorang muslim,  niscaya Allah menutupi aib diadi dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya menolong hamba-Nya, selama hambanya menolong saudaranya.

            Hasil dari pentakhrijan hadits diatas terdapat beberapa hadits serupa diantaranya adalah:

1.            At Tirmidzi bab lahdud an rasulullah no 1345

2.            Abu Dawud bab sholat no 1243

3.            Abu Dawud bab Adab no 4295

4.            Ibnu Majjah bab muqadimah no 221

5.            Imam Ahmad bab baqi musanad limukasirin no 7118

6.            Ad Darimi bab muqadimah no 348

Penilaian hadits ini pada CD Mausu’ah adalah hadits marfu’.

      Hadits tersebut mengajarkan kepada umat islam untuk selalu tolong menolong, dan juga menutupi aib orang lain atau tidak menyebarkan aib orang lain karena hal tersebut bisa menjadi ghibah dan fitnah, dan sesuai dengan hadits di atas terdapat empat poin penting yaitu

1. tolong menolong sesama muslim, dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan tentang manfaat menolong sesama muslim.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

 

Artinya :

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.’’ (QS. Muhammad : 7)(Copy)

Ayat diatas menerangkan bahwa apabila menolong agama Allah dan sesama muslimin maka Allah juga akan menolongnya.

2. Memudahkan kesulitan orang lain, terkadang kesulitan tersebut hanya bisa diatasi oleh seseorang yang bersangkutan, terhadap masalah seperti ini seorang muslim ikut memberi solusi meskipun ia sendiri tidak dapat mengatasinya sendiri, dengan cara seperti ini seseorang yang kesulitan pasti akan melonggarkan kesulitannya.

3. Menutupi aib orang lain dan mencegah orang berbuat dosa, sebagai orang islam, kita wajib menjaga aib orang lain yang mana orang tersebut pasti akan malu apabila aibnya tersebar kepada orang lain. Dalam Hadits menjelaskan yang artinya “barang siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya”.

Menutupi aib orang lain bukan berarti menutupi kesalahan orang lain, kebanyakan orang sekarang sudah menyamakan antara aib dan kesalahan.

4. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya, seseorang yang menolong orang lain denagn materi hendaknya ia tidak boleh merasa khawatir akan jatuh miskin, sebaliknya Allah akan menggantikan jauh kali lipat apabila dia ikhlas karena Allah maha kaya, pengasih lagi maha penyayang.

Pada hakikatnya Allah menjadikan adanya perbedaan seseorang dengan yang lainnya yaitu untuk saling melengkapi, saling membantu, saling tolong menolong.

F. Aplikasi Berlandaskan Al-Hadits

            Ummat manusia telah dijadikan sebagai ummat yang lebih mulia dibanding kebanyakan makhluk-Nya. Sehingga merupakan suatu kehinaan bagi mereka bila mereka merendahkan dirinya dengan mengagungkan dan mengibadahi sesama makhluk, misalnya sapi, ular, kerbau, jin, wali, Nabi, atau senjata dan lainnya. Padahal kedudukannya sama atau bahkan lebih rendah dibanding mereka, bahkan kebanyakan mereka diciptakan di dunia ini untuk kepentingan manusia

            Qatadah rahimahullahu ta’ala berkata yang artinya: “Tidaklah ada suatu perangai baik yang pernah diyakini dan diamalkan kaum Jahiliyyah zaman dahulu melainkan telah Allah perintahkan. Dan tiada perangai buruk yang dahulu mereka jadikan bahan celaan kecuali telah Allah larang. Dan sesungguhnya yang Allah larang hanyalah perangai-perangai yang rendah dan tercela”(Copy)

            Diantara bentuk akhlak dan kepribadian mulia yang diajarkan oleh Islam kepada ummatnya adalah sifat mandiri dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain dalam setiap keperluan hidupnya. Oleh karena itu Rasulullah s.a.w. bersabda yang artinya: ”Tidaklah ada seseorang yang memakan suatu makanan yang lebih baik daripada makanan hasil dari pekerjaan tangannya sendiri. Dan dahulu Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil pekerjaan tangannya sendiri.” Dalam hadits ini, Rasulullah s.a.w. secara khusus menyebutkan bahwa Nabi Dawud a.s. makan dari hasil pekerjaan tangannya sendiri, ini dikarenakan beliau adalah seorang Nabi yang diberi kekayaan dan kekuasaan, akan tetapi walau demikian adanya, beliau tidak mau memakan kecuali dari hasil pekerjaannya sendiri

            Pada hadits yang lain, Rasulullah s.a.w. bersabda yang artinya: Telah menceritakan kepada kami Mu'allaa bin Asad telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari Hisyam dari bapaknya dari Az-Zubair bin Al-'Awwam radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia menjualnya lalu Allah mencukupkannya dengan kayu itu lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu memberinya atau menolaknya". (HR. Bukhari)

            Dan juga dalam hadits lain yang berkaitan dengan hadits di atas adalah sabda Rasulullah s.a.w. yang artinya: “Tangan yang di atas lebih baik dibanding tangan yang di bawah, tangan yang di atas adalah tangan yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah tangan peminta.”

            Oleh karena itu, dahulu para sahabat dan ulama salaf bekerja guna mencukupi kebutuhannya sendiri atau mencari rezeki, ada yang berdagang, ada yang bercocok tanam, dan ada yang menjadi pekerja tanpa ada rasa sungkan atau gengsi.

            Dalam Hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, yakni yang artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim berkata, telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya -yaitu Ibnu Abu Katsir- dari Abu Salamah dari Abu Hurairah bahwa 'Umar radhiyallahu 'anhu ketika berdiri memberikan khuthbah pada hari Jum'at, tiba-tiba ada seorang laki-laki masuk (Masjid). 'Umar lalu bertanya, "Kenapa anda terlambat shalat?" Laki-laki itu menjawab: "Aku tidak tahu hingga aku mendengar adzan, maka aku pun hanya berwudhu." Maka "Umar berkata, "Bukankah kamu sudah mendengar bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Jika salah seorang dari kalian berangkat shalat jum'at hendaklah mandi, Sahabat ‘Umar bin Khaththab r.a. tidak mencela sahabat ini karena ia bekerja mencari rezeki, akan tetapi mencelanya karena ia terlambat hadir shalat jum’at dan melupakan kewajiban mandi sebelum menghadiri shalat jum’at

G. Studi Kasus.

            DR. Fadl-ul-Ilahi dalam bukunya yang berjudul Mafaatihul Rizq fi Daw’ Al-Kitab wa Al-Sunnah, pengarang mengetengahkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menjelaskan sebab dibukanya pintu-pintu rezeki. Seperti firman Allah s.w.t. dalam surah Nuh ayat 10-12, surah Hud ayat 3 dan 52. Dalil dari sunnah seperti hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a. “Barang siapa memperbanyak Istighfar maka Allah akan menjadikan setiap kesulitan jalan keluar dan setiap kesempitan akan mengantikan dengan keluasan, serta memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkakan” (HR Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Nisa’i, dan Hakim).Copy)

            Dan yang perlu di pahami adalah rezeki dan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menggantungkan rezeki semata-mata pada pekerjaan yang kita lakukan adalah kesalahan, sebagai mana Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi telah memperingatkan dalam bukunya “Rezeki” (Gema Insani Press, 1995), Allah maha luas rezeki-Nya.

            Mengantungkan rezeki semata-mata pada pekerjaan yang kita lakukan sama dengan mempersempit pintu rezeki, padahal Allah membukanya lebar-lebar untuk kita. Akan tetapi mengharapkan rezeki dari Allah tanpa mau memeras keringat dengan kerja yang meletihkan, sama halnya dengan mengangap sepi nasihat Nabi s.a.w. yang artinya: “Sesungguhnya, bekerja mencari rezeki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardu” (HR At-tabrabi dan Baihaqi).

            Barang kali, hadits diataslah yang menginspirasi rakyat Pakistan sehingga mencantumkan makna hadits ini disetiap uang kertas mereka “Husule rizq halal ibadat hay”.

            Kesulitan demi kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam masalah mencari rezeki menjadikan mereka mengkambinghitamkan agama dan hal ini sangat berbahaya sekali karena pada akhirnya nanti masyarakat akan anti pada agama.

            Pemahaman ini harus disampaikan kepada masyarakat luas. Tanpa itu maka jangan heran kalau orang Islam sendiri akan anti kepada Islam karena gara-gara mereka berangapan “Aturan agama menyulitkan untuk memperoleh rezeki”. Para da’i harus andil dalam hal ini, karena dakwah adalah pekerjaan mempengaruhi, sementara dalam “kacamata” masyarakat orang kaya lebih mudah berpengaruh jika dibandingkan dengan orang miskin. Maka sebagai seorang calon da’i kita harus pandai untuk mencari jalan dan solusi dalam memudahkan mereka dalam mencari rezeki. Setelah kita memenuhi kebutuhan mereka barulah mereka akan mendengar nasehat-nasehat agama yang kita sampaikan.

            Praktik-praktik semacam ini adalah cara-cara yang paling berhasil yang pernah dilakukan oleh para misionaris Kristen dalam memurtadkan umat islam ditanah air.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

            Rezeki memiliki dua arti yaitu, Pertama rezeki adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan) berupa makanan (sehari-hari); nafkah. Kedua, yaitu kata kiasan dari penghidupan, pendapatan, (uang dan sebagainya yang digunakan memelihara kehidupan), keuntungan, kesempatan mendapatkan makanan dan sebagainya.

            Adapun defenisi lain, berarti segala sesuatu yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada makhluk-Nya untuk mereka konsumsi, baik halal atau haram.(Copy)

 

B. Saran

            Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dipenulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya. Kritik dan saran

Menerapkan konsep rezeki ini dalam menjalani kehidupan sehari-hari demi terciptanya kegiatan perekonomian yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah (Copy)

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok. Gramata Publishing.

            Arsyad, Jahrudin. 2008. 10 Pintu Rezeki 9 Dibuka Lewat Jalur Bisnis. Tangerang. Irsyad Publishing.

            Asadullah Al-Faruq. 2012. Rahasia Sukses Dagang Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Solo. As-Salam Publishing.

            Chaudry,  Muhammad Sharif. 2012. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. (Penj. Suherman Rosyidi). Jakarta. Kencana.

            Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat. 2009. Tafsir Al-Qur’an Tematik. Pembangunan Ekonomi Umat. Penerbit. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Jakarta.

            Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta. Penerbit. Pustaka Pelajar.

 

 

 

 


Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari

Food

3/Food/feat-list

Music

2/Music/grid-big

Nature

3/Nature/grid-small
sidebar ads

Technology

3/Technology/col-right
JONT MAxc
Technology/hot-posts

Popular Posts